Bertani di Atas Atap: Tren Urban Farming yang Jadi Peluang Bisnis 2025
Tren Urban Farming yang Jadi Peluang Bisnis 2025 – Keterbatasan lahan di kota-kota besar tidak lagi menjadi penghalang bagi masyarakat urban untuk berkebun. Justru, dari keterbatasan inilah lahir inovasi menarik yang kini berkembang menjadi tren gaya hidup sekaligus peluang bisnis: urban farming menjadi peluang bisnis, bisa di atap rumah atau rooftop farming. Di tahun 2025, trren ini tidak hanya populer sebagai hobi, tetapi juga di lirik sebagai sumber cuan baru di tengah meningkatnya kesadaran akan hidup sehat dan keberlanjutan.
Urbang farming sendiri merupakan praktik pertanian di wilayah perkotaan, baik dalam skala kecil maupun besar. Salah satu bentuk yang paling berkembang adalah bercocok tanam di atap rumah, gedung perkantoran, hingga pusat perbelanjaan. Di kota seperti Jakarta, Surabaya, hingga Bandung, sudah banyak masyarakata yang mulai menerapkan konsep ini, baik konsumsi pribadi maupun di jadikan ladang usaha.
Mengapa Urban Farming Semakin Populer?
Ada beberapa alasan yang membuat urbang farming, khusunya di atap rumah, menjadi semakin de gemari:
1. Kebutuhan Pangan Sehat
Di tengah kekhawatiran akan penggunaan pestisida berlebih dan sayuran impor, masyarakat kota ini lebih memilih mengonsumsi produk organik. Memiliki kebun sayur sendiri menjadi solusi untuk mendapatkan makan yang lebih segar, sehat dan bahan kimia.
Baca Juga: Startup AI Lokal Tembus Pasar Global: Strategi dan Tantangan di 2025
2. Keterbatasan Lahan
Lahan di kota besar sudah sangat padat. Banyak keluarga muda yang tinggal di rumah mungil atau apartemen dengan halaman terbatas. Atap rumah pun di manfaatkan sebagai lahan tanam alternatif.
3. Kesadaran Lingkungan
Seiring meningkatnya permintaan akan produk segar, banyak pelaku urban farming yang menjual hasil panennya, baik secara langsung, melalui pasar online, maupun ke restoran dan kafe yang mengutamakan bahan lokal.
4. Peluang Usaha Menjanjikan
Seiring meningkatnya permintaan akan produk segar, banyak pelaku urban farming yang menjual hasil panennya, baik secara langsung, melalui pasar online, maupun ke restoran dan kafe yang mengutamakan bahan lokal.
Jenis Tanaman yang Cocok untuk Atap
Tidak semua tanaman cocok untuk di tanam di atap rumah. Namun, banyak jenis tanaman yang tumbuh baik di ruang terbuka dengan pencahayaan penuh. Berikut beberapa yang populer:
- Sayuran hijau seperti kangkung, bayam, selada, sawi, dan pakcoy
- Rempah-rempah seperti serai, jahe, kunyit, daun mint, basil
- Buah-buahan kecil seperti stroberi, tomat cherry, dan cabai
- Tanaman hidroponik yang bisa di tanam secara vertikal menghemat ruang
Selain itu, metode tanam bisa di sesuaikan, seperti penggunaan pot, polibag, hidroponik sistem NFT, sehingga aquaponik.
Modal dan Peralatan yang Dibutuhkan
Memulai urban farming di atap tidak harus mahal. Berikut gambaran kebutuhan awal yang bisa di sesuaikan dengan anggaran:
- Rak atau meja tanam: Bisa pakai kayu bekas atau sistem vertikal
- Pot dan media tanam: Tanah humus, sekam, atau sockwool untuk hidroponik
- Benih berkualitas: Pilih benih selang tetes atau semprotan manual
- Atap yang aman dan kuat: Gunakan selang tetes atau semprotan manual
Total biaya awal bisa di mulai dari Rp500.000 hingga jutaan rupiah tergantung skala dan sistem yang di gunakan.
Urban Farming sebagai Peluang Bisnis
Di tahun 2025, permintaan terhadap produk urban farming meningkat signifikan. Beberapa model bisnis yang berkembang antara lain:
- Menjual hasil panen organik ke konsumen individu, komunitas, atau restoran
- Membuka pelatihan urban farming untuk pemula
- Menyewakan lahan atap (rooftop farm sharing) bagi yang tidak punya lahan pribadi
- Menjual paket urban farming kit seperti starter pack tanam hidroponik
- Berkolaborasi dengan sekolah atau instansi untuk program edukasi pertanian urabn
Bahkan, kini sudah muncul starup yang khusus mengelola rooftop farming secara profesional dengan sistem langganan panen atau “farm-to-table delivery”.
Post Comment